CERITA PENEMU

Saya ingat suatu hari saat saya sakit dan saya masih bangun untuk bekerja. Karena tidak kuat ke kantor, saya memutuskan untuk bekerja di rumah. Saya bekerja selayaknya saya di kantor, Saya menghubungi tim, menghubungi supplier, mengontak beberapa rekan bisnis dan membereskan beberapa hal krusial dalam bisnis saya. Satu-satunya perbedaan adalah ketika saya bekerja di rumah, saya akan selalu disamperin anak-anak saya. Mereka sangat senang dan antusias ketika melihat saya di rumah. Pemandangan yang tidak terjadi di pagi hari kerja saya. Walau merasa senang juga berada di sekitar anak-anak, namun saya hanya menjawab seadanya ketika mereka mendekat dan dengan antusias menunjukkan hasil karya mereka. Saya tahu ini salah, namun pikiran saya saat itu hanya ada satu hal. Segera bereskan pekerjaan saya.

Kebetulan hari itu kedua orang tua saya sedang menginap di rumah saya. Mereka juga sedang asyik bermain sama anak-anak kami. Namun hal yang paling tidak saya sadari saat itu adalah, rupanya pemandangan yang saya anggap biasa saja, ternyata berubah menjadi hal yang  menampar saya.

Papa yang merupakan panutan saya dalam bekerja dan berbisnis, mulai menggelengkan kepala. Beliau tidak pernah mau menegur orang lain atau ngomongin hal buruk tentang siapapun juga. Kebijaksanaan beliau dan prinsip hidupnya selalu menjadi panutan dalam diri saya. Tapi hari itu dia menegur saya: “Kamu ini, gak mikirin dirimu, anak dan istrimu kah? Bukannya istirahat, malah bekerja. Kalau kamu sakitnya lebih parah semua kehidupanmu kacau, dan semua orang jadi repot.” Lalu beliau terdiam tanpa tambahan sepatah kata pun. Namun teguran tersebut begitu menampar saya, sekaligus menyadarkan saya, saya sudah tidak harmonis dalam diri saya.

Di sisi lain, ada masa di mana saya sangat sibuk. Saya penuh kesibukan, paling tidak itu yang saya pikirkan. 

Saya mengatakan ke orang-orang, saya bekerja dari pagi sampai malam. Saya tidur kurang dari 4 jam. Kalau beruntung 6 jam sehari. Paling tidak itu yang saya akui. Bagaimana saya mencatat dan menyadari itu semuanya? Saya hanya merefleksikan kembali apa yang saya jalani beberapa minggu terakhir.

Dan saya menyadari, saya telah berbohong pada diri sendiri tentang bagaimana saya menghabiskan waktu. Saya sudah melakukan penundaan (procrastination) tanpa saya akui. Apa yang saya kira kerja dari pagi sampai malam itu, tidaklah demikian kenyataannya. Duduk di depan komputer membuka file yang harus saya selesaikan tidak berarti saya memikirkan hal itu saja dan menyelesaikannya. Sebagian besar waktu saya gunakan menonton video, terkadang saya menonton video yang memang riset yang saya butuhkan, tapi juga bersamaan dengan menonton video lain yang menyenangkan, akhirnya, saya tidak membuat kemajuan.

Atau ada masa di mana saya kehilangan kendali atas waktu saya, karena browsing internet terlalu lama, untuk hal yang tidak produktif. Saya menghabiskan waktu yang begitu panjang, tidak jelas apa yang saya lakukan.

Teguran Papa yang menampar itu selalu bergema dalam diri saya. Saya melakukan intropeksi diri dan mencari tahu apa yang bisa saya lakukan supaya saya benar-benar lebih produktif lagi. Saya juga menanyakan kepada diri ini Apakah iya Saya sesibuk ini? Atau Saya hanya menjalankan hidup ini untuk menghabiskan waktu yang selalu terasa kurang? Apakah saya sibuk karena terlalu fokus? Atau Saya sibuk karena tidak memiliki kejelasan?

Hasil pencarian saya membuat saya menemukan prinsip-prinsip yang membuat saya bisa kembali menyelaraskan diri dengan nilai-nilai penting dalam diri saya. Menyelaraskan prioritas keluarga, bekerja, dan bagaimana saya menghabiskan waktu. Dan menuangkannya ke dalam planner yang ingin saya terapkan setiap hari. Hadirlah Sync Planner.

SYNC PLANNER | Sync Your Life - Achieve Your Goals akan membimbing Anda untuk menemukan produktivitas Anda kembali dan menyelaraskan kehidupan Anda