Mendekatkan Yang Jauh, Menjauhkan Yang Dekat

10 tahun lalu, kita masih bisa berharap akan bertemu orang terdekat saat dimeja makan. Anggota keluarga sibuk dengan urusan masing2 saat pagi dan siang, malam adalah kesempatan terakhir anggota keluarga sharing energi lagi agar bounding tetap terjaga.

Harini, itu semua hilang….saat makan pun, semua asyik dengan handphonenya.  Nggak heran masalah keluarga makin hari makin kompleks dan makin aneh-aneh. Belum lagi masalah peran ayah yang hilang yang sampai hari ini belum selesai kita bahas solusinya, kini kita dibuat pusing lagi dengan handphone. 

Manusia modern tidak kekurangan alat bantu untuk bekerja, tapi anehnya mereka malah makin sibuk. Saking sibuknya nggak sempat belajar, nggak sempat ibadah, nggak sempat jenguk orang tua, nggak sempat mandiin anak bahkan nggak sempat membelai anak.

Coba jujur, berapa kali anda membelai kepala anak anda dalam sehari?  Padahal telah banyak studi yang merumuskan bahwa sentuhan orang tua pada anak (misal belaian di kepala) sangat memberi efek positif pada perkembangan psikologi dan kesejahteraannya. Tapi hal sederhana ini sering kita abai.

Kalau mudah kenapa nggak dilakukan? Nggak usah dijawab, saya yakin anda malu jawabnya! saya berpikiran positif saja. anda sedang SIBUK sekaleeeee……hehe

Meja makan sebagai sarana melepas lelah dan refreshing di rumah seakan jadi ritual kuno untuk saat ini. Tapi fatalnya ini tidak hanya terjadi di meja makan, saat waktu nonton bareng keluarga misalnya, atau tamasya keluarga, semua nya berubah secara dramatis menjadi hal baru yang kita sebut sebagai screen time.

Handphone mungkin banyak membantu pekerjaan anda, tapi jika anda sadari penggunaanya menjadi makin “menjajah” manusia. kalau anda pernah nonton Wall-E, mungkin anda mengerti apa maksud saya. Silahkan tonton bagi yang belum pernah agar anda dapat perspektif dan gambaran asik soal ini, ditambah lagi animasinya memang keren.

Intinya adalah, kemudahan yang membuat malas, membuat otak tidak aktif lagi, membuat tubuh tidak aktif lagi, justru membuat kita makin jauh dari fitrah sebagai manusia. Sedihnya banyak dari kita asik dan mulai larut disana.

Dari banyak bahasan biang kerok soal ini, coba kita lihat handphone. Salah satu benda terkecil berisi “dunia” yang bisa kita bawa kemana-mana (meja makan, kasur sampai toilet). Bukan hanya merusak hubungan keluarga, bahasan lebih penting juga adalah bahaya pada anak, kecanduan gadget. Kondisi ini menyebabkan hilangnya kemampuan sosial, antipati, sikap kasar, tidak heran di china sudah ada penjara khusus anak-anak kecanduan gadget. Anehnya lebih dari 50% orang tua asia tetep memberikan handphone pada anak dibawah umur walaupun 98% dari mereka merasa khawatir. Singapura adalah negara dengan angka tertinggi anak yang menggunakan gadget orang tuanya. Darimana kebiasaan ini datang? tentu dari orang tuanya donk.

Jika anak terbiasa ditampilkan aktivitas produktif oleh orang tuanya, maka anak akan merekam yang sama. Orang tua yang sering membaca Qur’an dirumah, maka anak akan mencontoh. orang tua yang sering berolahraga, anak akan mencontoh. Jadi kalau ada survey yang menyebutkan anak memainkan handphone 99% itu dirumah, mungkin orang tuanya pun demikian.

 

Bagaimana dengan orang tua yang kecanduan gadget?

Menjawab pertanyaan ini, Digital Awareness UK (DAUK), organisasi yang fokus pada keselamatan pengguna gadget di Inggris, bekerja sama dengan Konferensi para Kepala Sekolah (HMC), melakukan survey terhadap lebih 700 anak berusia 11 hingga 18 tahun. Hasilnya 82% anak-anak meminta saat makan adalah waktu bebas smartphone. Tapi 46% orang tua menolak. Orang tua merasa lebih berhak mengatur aturan rumah dan mengabaikan permintaan anak.

Efeknya, waktu bicara dengan anak berkurang, waktu ngobrol dengan pasangan hilang, dan lebih parah lagi anak tidak diurus dengan baik. asik  dengan handphone

Apa boleh orang tua kecanduan? tentu tidak. Pekerjaan ada batasnya. Diluar itu idealnya orang tua paham apa yang menjadi prioritas. Bukan hanya high rupiah value, tapi high life time value juga penting.

Gagalnya orang tua memahami ini menunjukkan mereka yang gagal membina kehidupannya. kalau bisnis anda membuat anda sibuk lalu abai dengan seisi rumah dengan alasan sibuk di pekerjaan atau handphone anda, mungkin menutup bisnis adalah jawaban yang baik. Keberkahan keluarga jadi rusak karena anda tidak pandai mengatur bisnis anda. 

Bisnis harusnya membuat Anda punya waktu lebih banyak untuk high life time value, bukannya malah merusak yang ada. Parahnya, orang tua selalu membawa-bawa alasan bisnis ini untuk melegalkan mereka bisa mengecek handphone kapanpun, bekerja kapanpun, bahkan ketika anak sedang minta didengarkan ceritanya. 

Kalau di depan kolega anda bisa dengan sangat baik menahan diri tidak mengecek handphone demi alasan kesopanan, kenapa didepan pasangan atau anak tidak demikian?

Dengan demikian kita dengan besar hati harus mengamini. Bahwa memang banyak orang di sekitar kita yang sukses di luar rumah, tapi berantakan di dalam rumah. perfect didepan client, tapi kacau balau dengan keluarga sendiri.

Berikut saran kecil kami:

  1. Atur waktu penggunaan handphone dirumah agar anak tidak meniru efek buruk darinya. minimal 3 jam sehari luangkan waktu bersama keluarga tanpa gadget sama sekali. kalau anda mau keluarga anda selamat dari bahaya besar ini

  2. Buat sistem yang rapih untuk bisnis anda agar waktu anda lebih banyak untuk yang lebih penting. jika bisnis anda sudah berjalan setahun dan anda masih saja belum membuat system yang mempermudah bisnis Anda, lebih baik tutup saja bisnis itu. sebelum merusak hal yang lebih besar. apa indikasinya? bisnis udah lebih setahun, omset masih di bawah 10 juta, jam 11 siang anda masih sibuk urus bisnis sementara bayi Anda belum dimandiin. lebih baik tutup saja bisnisnya.

  3. Era daring saat ini, orang tua tidak boleh kehilangan fokus hidup. bisnis OK, keluarga juga harus OK, ibadah juga harus tetap OK.

Kita semua kenal Bill gates, bapak teknologi dunia. walaupun anaknya sering protes, tapi beliau ketat melarang penggunaan handphone sebelum usia 14 tahun dan diatas meja makan. Jack ma sendiri pernah memberi gambaran bahwa “kita sedang menuju era dimana kita hanya harus bekerja hanya 4 jam seminggu”. artinya produktivitas kita meningkat sehingga waktu untuk keluarga, ibadah dan refreshing lebih banyak.

Akhirnya kita kembali diingatkan tentang bahaya smartphone. “mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat”

 

ditulis oleh:

Muhammad Bahauddin Amin

co-trainer SyncPlanner

 

referensi:

  1. https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id
  2. https://id.theasianparent.com

Leave a Reply